Berobat menggunakan Jamu Cekok Krekop. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Seribu cara akan dilakukan para ibu untuk menghadapi anak yang sedang melakukan gerakan tutup mulut alias GTM. Ya Moms, anak GTM sering kali membuat ibu cemas karena khawatir kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi.

Nah salah satu yang kerap dilakukan ibu untuk mengatasi anak GTM adalah dengan memberikan jamu cekok. Cara turun temurun ini diyakini dapat meningkatkan nafsu makan hingga berat badan bayi. Selain itu, jamu cekok dinilai lebih alami dan tidak mengandung bahan kimia.

Jamu cekok biasanya berisi campuran dari tanaman herbal seperti temulawak, lempuyang emprit, brotowali, temu ireng, hingga pepaya. Lantas, apakah pemberian jamu cekok efektif untuk mengatasi anak GTM?

Riset Tentang Pemberian Jamu Cekok pada Anak GTM

Seorang pekerja memotong jamu cekok Krekop. Foto: Fanny Wardhani/kumparan

Menurut penelitian yang dilakukan Sih Rini Handajani dan KH Endah Widhiastuti yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada 2019, pemberian jamu cekok pada anak yang GTM masih sering dilakukan oleh orang tua hingga kini. Kandungan pada jamu cekok bisa berkhasiat sebagai antiradang dan antiinflamasi yang aman untuk bayi.

“Hasil analisis bivariate juga menunjukkan adanya peningkatan signifikan berat badan di setiap pemeriksaan” tulis peneliti.

Mereka juga menyarankan para ibu dan pengasuh anak untuk memberikan jamu cekok yang terpercaya serta memperhatikan jangka waktu penggunaanya.

Cara Pemberian dengan Mencekoki Anak Tidak Disarankan

Pengobatan tradisional seperti ini masih dipercaya efektif dalam mengatasi sindrom masa transisi pertumbuhan anak-anak. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Meski demikian, cara pemberian jamu yang dilakukan dengan memaksa atau mencekoki anak, ternyata tidak disarankan oleh para dokter.

Menurut dokter spesialis anak, dr. Ellen Wijaya, Sp.A, orang tua perlu memahami bahwa jamu memiliki rasa pahit. Ditambah pemberiannya dilakukan dengan cara paksa atau dicekok, sehingga dapat menimbulkan trauma pada anak.

“Pemberiannya secara paksa dapat menimbulkan trauma pada anak yang menyebabkan anak semakin susah makan, dan bahkan dapat menyebabkan anak tersedak,” kata dr. Ellen.

Dokter yang praktik di RSPI Puri Indah, Jakarta Barat, ini menyarankan, jika anak mengalami susah makan, maka solusi terbaik adalah mengatasi penyebabnya dan tetap menerapkan feeding rules, yang terdiri dari jadwal, lingkungan, serta prosedur yang tepat.

Perbaiki jadwal makan anak dan pastikan diterapkan dengan konsisten ya, Moms. Waktu makan juga maksimal 30 menit. Kemudian lingkungan, berarti tidak memaksa anak makan dan tidak ada distraksi.

Apakah Kandungan Jamu Aman untuk Anak?

Seorang pekerja mengambil jamu cekok. Foto: Fanny Wardhani/kumparan

Di sisi lain, Anda mungkin juga bertanya-tanya, apakah kandungan jamu aman jika dikonsumsi anak. Mengingat jamu berasal dari tanaman herbal dan cenderung lebih alami.

Menurut Dokter Spesialis Anak dr. Kurniawan Satria Denta, SpA, M.Sc, jamu dapat diberikan karena berbagai komponen di alam bisa membantu mengatasi masalah sulit makan. Tidak hanya pada anak-anak, tetapi berlaku juga bagi orang dewasa.

“Bahan-bahan itu semua bisa, asal dipastikan diolah dengan cara yang bersih,” ucap dr. Denta kepada kumparanMOM.

Selain itu penting untuk memperhatikan usia anak sebelum memberikan jamu. Sebab jamu hanya dapat diberikan pada anak di atas satu tahun, Moms.

Agar tidak menimbulkan trauma, pemberian jamu bisa dilakukan dengan diolah jadi smoothies atau jus.

By admin