Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi di Sentra Penggilingan Padi Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Perum Bulog menyatakan kesiapannya menjalankan arahan dari Presiden Jokowi untuk membeli perusahaan beras Kamboja. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengaku saat ini pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di PnomPenh juga dengan beberapa pelaku usaha beras di Kamboja dan negara sekitarnya.

“Pada dasarnya kami siap melaksanakan penugasan tersebut (akuisisi sumber beras dari Kamboja),” kata Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dikutip dari Antara, Rabu (12/6).

Bayu menjelaskan dari sisi pembiayaan, Bulog juga telah melakukan pembicaraan awal dengan perbankan nasional mengenai peluang investasi tersebut, sehingga memperkuat stok cadangan pangan.

Bayu mengungkapkan sejak 2023 Bulog memang telah menjalin kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja melalui skema bisnis (business to business) atau skema pemerintah (government to government).

Apa Untungnya Akuisisi Perusahaan Beras Kamboja?

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta pada Rabu (28/2/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengaku tak masalah dengan kesiapan Bulog melaksanakan arahan Presiden Jokowi ini.

Arief mengatakan sudah ada contoh beberapa negara seperti China dan Malaysia yang membeli perusahaan beras di luar negeri. Meski begitu, ia memastikan prioritas utama tetap memaksimalkan produksi dalam negeri.

“(Akuisisi perusahaan Kamboja) Itu kan alternatif, maka perlu dipelajari. Kalau konsepnya traders sebagai perdagangan dunia kenapa enggak? banyak kok negara lain punya homebase di Singapura, kemudian trading jual beli,” kata Arief di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6).

Arief menjelaskan kalau Bulog membeli perusahaan beras di luar negeri membuat pasokan dipastikan ada. Namun, pasokan tersebut belum tentu untuk Indonesia saja. Bisa saja pasokan beras itu langsung dijual ke negara lain.

“Kalau Indonesia memerlukan maka akan lebih mudah, tapi kalau enggak memerlukan jadinya international trading, proses b to b-nya kan dapet gitu kan. Jadi misalnya trading di luar negeri nanem di mana pun bebas saja, di mana pun bisa saja,” terang Arief.

“Kalau kita perlu seperti kemarin kalau ada sendiri kan bisa lebih mudah. Kalau nasional belum memerlukan dijual di international trading saja enggak rugi juga. Makanya harus dipelajari dulu,” tambahnya.

Kalau pembelian perusahaan beras Kamboja direalisasikan, Arief memastikan proses mendatangkan beras dari negara tersebut ke Indonesia berbeda dengan impor.

“Impor kan dari luar ke dalam, definisinya sederhana itu. Masalahnya ini kan mau international trading, mau produksi luar negeri, atau produksi paralel di dalam negeri digenjot juga,” tutur Arief.

By admin