Mantan Menko Polhukam Mahfud MD menjadi khatib salat Idul Adha di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (17/6). Dalam khotbahnya, ia menekankan bahwa Idul Adha jangan cuma dimaknai ibadah mahdhah semata.
Mahfud mengingatkan keteladanan yang diberikan Nabi Ibrahim dan keluarganya, termasuk Nabi Ismail dan Siti Hajar, dapat pula menjadi contoh baik bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan bernegara. Mahfud menyebut bernegara ibarat ikatan keluarga.
“Pelajaran utama dari peristiwa keluarga Ibrahim ini adalah ujian. Setiap manusia yang hidup akan mengalami berbagai ujian, berani mengorbankan jiwa dan raga, termasuk ujian mengorbankan keluarga demi ketakwaan kepada Allah SWT,” kata Mahfud dalam keterangannya.
Mahfud menuturkan, ujian dalam hidup bisa dalam berbagai rupa seperti kemiskinan, kekayaan, dan kedudukan. Dia mengatakan ujian juga dirasakan bagi pihak yang memiliki kekuasaan.
“Ujian, apakah saat kita kaya masih mau bertakwa dengan tetap berakhlaqul karimah dan berlaku baik untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah. Ujian, apakah kita masih mau bertakwa ketika mempunyai jabatan tinggi dengan berbuat adil, tidak korupsi dan tidak menyalahgunakan jabatan,” ujar Mahfud.
Dia melanjutkan seluruh pihak harus menjaga NKRI ibarat menjaga keluarga yang merupakan berkat dan rahmat Allah.
“Dikawal dengan penegakan hukum dan keadilan agar Indonesia bisa tumbuh dan berkembang sebagai baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur, negara yang mendapat berkah, rahmat dan maghfirah dari Allah SWT,” kata Mahfud.
Anggota DPR RI periode 2004-2008 itu menambahkan, Indonesia harus tumbuh dan berkembang agar sebagai negara yang sudah sah mempunyai rakyat, wilayah, dan pemerintah, menjadi negara baik. Hal itu sesuai dengan tujuan konstitusional.
Mahfud menegaskan, negara akan baik jika tiga elemen penting rakyat yakni pemerintah dan ilmuwan (intelektual atau ulama) baik. Mahfud mengutip Imam Al Ghazali yang menggambarkan hubungan ketiganya harus sama-sama baik dan tidak boleh rusak.
“Rusaknya kehidupan rakyat disebabkan oleh rusaknya pemerintahnya, rusaknya pemerintahnya disebabkan oleh rusaknya ilmuwan atau ulamanya, dan rusaknya ilmuwan atau ulama itu disebabkan oleh kecintaan terhadap harta dan kedudukan ,” ujar dia.