Ilustrasi wisatawan asing. Foto: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Bali masih menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan. Enggak hanya wisatawan lokal, Pulau Dewata juga menjadi destinasi nomor satu bagi wisatawan mancanegara (wisman).

BPS mencatat pada bulan Juli 2024, jumlah wisman yang berkunjung ke Bali adalah 625.665, meningkat 20,11% dari bulan Juni 2024. Meningkatnya jumlah wisatawan ke Bali menyebabkan penumpukan wisman di sejumlah destinasi wisata, khususnya di Bali Selatan yang jadi tempat favorit wisman.

Menparekraf Sandiaga Uno dalam acara Wonderful Indonesia Outlook 2024/2025 di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (19/9/2024). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan

Hal ini pun disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno yang mengatakan bahwa bahwa penumpukan wisman kebanyakan terjadi di Bali Selatan yang meliputi daerah Seminyak, Kuta, Legian, Jimbaran, Benoa, Nusa Dua, Uluwatu, dan Pecatu.

Jika melihat carrying capacity atau kapasitas yang bisa ditampung oleh Bali. Bali dikatakan Sandiaga bisa menampung sekitar 7 juta wisatawan. Hanya saja, kemungkinan Pulau Dewata mengalami overtourism atau turis berlebih bisa terjadi jika penumpukan tersebut tidak diurai ke daerah lain.

“Jadi, kita sudah menghitung untuk seluruh wilayah Bali itu kita masih bisa di angka sekitar 7 juta (carrying capacity-nya) tapi karena menumpuk semuanya di Bali Selatan. Maka sudah terlihat ada dampak-dampak yang masih sangat awal dari segi efek daripada terlalu banyak penumpukan di Bali Selatan,” ujar Sandiaga di sela-sela acara Wonderful Indonesia Outlook 2024/2025 yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta pada Kamis (19/9).

Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Foto: Dok. Istimewa

Untuk itu, Sandiaga mengatakan pihaknya tengah mengembangkan travel pattern atau pola perjalanan di Bali dan Banyuwangi guna mengurai kepadatan wisatawan yang terjadi di Bali Selatan.

“Jadi, kita akan mengkurasi betul beberapa kegiatan kita seperti besok kami akan me-launching Bali-Banyuwangi travel pattern atau Banyuwangi-Bali Utara, Banyuwangi-Bali Barat untuk mendistribusikan kunjungan wisatawan ke Bali Utara dan Bali Barat,” papar Sandiaga.

Pilih Pariwisata Berkualitas Bukan Kuantitas

Dengan pengembangan travel pattern tersebut Sandiaga berharap bahwa kepadatan wisman tersebut bisa diurai. Ini sejalan dengan pengembangan pariwisata yang lebih mengutamakan kualitas (quality tourism) daripada kuantitas.

Sebab jika berbicara angka, Indonesia memang tertinggal dengan Thailand atau negara tetangga lainnya yang jumlah wismannya lebih besar dari Indonesia. Akan tetapi menurutnya hal itu justru lebih baik ketimbang banyak turis tapi tidak memberikan dampak ekonomi yang besar.

Ilustrasi pemandangan Canggu di Bali. Foto: umikem/Shutterstock

“Soal angka-angka ini saya pernah disindir, Indonesia kan negara gede, kok kalah sama Thailand, kok kalah sama Malaysia,  jumlah wisatawannya 40 juta, ‘do you want 40 million tourist here? How you like it?’ 40 juta turis di sini, ask yourself,” ujar Sandiaga.

“Sekarang dengan hampir target kita 14 juta, Bali sudah mulai bergolak menyampaikan bahwa this is not acceptable for tourism, tapi  juga kita harus fair karena ada di wilayah lain belum dapat pariwisata yang sama,” lanjut dia.

Enggak hanya Bali, ia juga membandingkan daerah lain ketika kita hanya mengutamakan jumlah daripada kualitas wisatawan itu sendiri.

“Di Tanah Toraja itu meningkat turisnya apa perlu ditambah lagi? Bagaimana dengan Jawa Barat dengan Puncak seperti itu. Lalu, kunjungan ke Danau Toba, ask yourself,” ujar Sandiaga.

Suasana kedatangan warga negara asing (WNA) di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: Dok. Imigrasi

Ketimbang meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, menurutnya akan lebih baik jika bisa menaikkan spending atau pengeluaran wisman. Menurut dia meski jumlah wisatawan tidak terlalu besar tapi spending atau pengeluaran yang dikeluarkan lebih besar hal itu justru akan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar.

“Sampaikan ke pada yang bilang wisata mestinya bisa lebih baik menarik turis. Apa yang disampaikan Kemenko Marves tadi 1.600 dolar AS (Rp 24,1 juta) average spending per arrival itu yang harus diperhatikan. Sementara negara lain, negara tetangga-tetangga kita paling (spending-nya) 1.000-1.100 (Rp 15,1-16,6 juta) dolar per arrival,” pungkasnya.

By admin