Ladies, apakah kamu sedang merencanakan pernikahan? Sebelum menikah, tentunya banyak hal yang harus disiapkan, salah satunya persiapan upacara dan pesta pernikahan. Namun ternyata, ada satu hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan, yaitu konseling pranikah.
Konseling pranikah atau premarital counseling merupakan salah satu bentuk terapi pasangan yang dilakukan bersama ahli. Dikutip dari VeryWell Mind, konseling pranikah biasanya bertujuan untuk membahas soal kehidupan pernikahan, hubungan antara suami dan istri dalam lingkup pernikahan, dan membangun fondasi kuat buat menjalani rumah tangga.
Psikolog Gita Aulia Nurani, S. Psi., M. Psi. mengatakan, lewat konseling pranikah, perempuan dan laki-laki yang akan menikah akan bisa saling mengungkapkan harapan masing-masing untuk pernikahan mereka.
“Dengan hadirnya seorang ahli sebelum hubungan berlanjut ke tahap serius, kita bisa keluarkan harapan terhadap pasangan yang mungkin tidak bisa disampaikan secara langsung. Atau apa yang ingin dicapai dalam pernikahan, mindset, cara pandang kita terhadap pasangan,” kata Gita saat diwawancarai kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Perlukah pasangan melakukan konseling pranikah?
Meskipun konseling pranikah bersifat penting, apakah terapi ini perlu dilakukan? Menurut Psikolog Keluarga dan Pernikahan di Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani M. Psi., konseling pranikah merupakan salah salah satu cara untuk mempersiapkan diri saat menjalani bahtera rumah tangga.
“Jadi, kalau dikatakan perlu atau tidak, ya, dikembalikan ke kebutuhan pasangan itu. Yang penting adalah usaha untuk mengenali satu sama lain dan aspek yang perlu disiapkan. Tak harus selalu konseling pranikah, tapi ini bisa menjadi salah satu cara,” kata Nadya kepada kumparanWOMAN.
Gita mengatakan, tak jarang, pasangan masih kesulitan untuk mengungkapkan harapan dan keinginan mereka dalam rumah tangga. Menurutnya, jika sudah menemui kesulitan tersebut, maka konseling bersama pasangan perlu dilakukan.
“Terkadang, ada hal yang kita tidak bisa ungkapkan secara langsung dan membutuhkan pihak ketiga. Ketika sudah ada di tahap itu, dalam hubungan pacaran, itu titik kita butuh konseling,” jelas dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Sebenarnya, pihak ketiga ini bisa berupa siapa saja, baik teman terdekat maupun orang tua. Namun, jika mereka dirasa kurang membantu, psikolog atau konselor pranikah bisa menjadi pihak yang tepat untuk menolong masalah komunikasi tersebut.
Kalau dirasa tidak memiliki masalah komunikasi dengan pasangan, maka mereka bisa belajar sendiri soal persiapan pernikahan.
“Ada juga belajar secara agama atau pendampingan dari orang tua. Yang dibutuhkan adalah persiapan soal kehidupan setelah pesta pernikahan. Bisa dilakukan sendiri lewat membaca juga. Yang mesti dilakukan adalah belajarnya tentang satu sama lain, belajar mempersiapkan pernikahan nanti,” tegas Nadya.
Jadi, bisa dikatakan, konseling pranikah menjadi perlu jika pasangan merasa butuh dibantu pihak ketiga. Namun, ketika pasangan sudah bisa mempelajari persiapan dunia pernikahan secara mandiri, konseling ini bersifat opsional.
Ladies, kalau menurutmu, apakah kamu dan pasanganmu perlu melakukan konseling pranikah?