Mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn mengatakan langkah merger antara Nissan dan Honda merupakan sebuah langkah putus asa karena menurunnya penjualan Nissan.
Disitat dari Carscoops, Ghosn bilang Honda sebenarnya tidak terlalu antusias melakukan kolaborasi tersebut. Keputusan itu diambil karena tekanan dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang (METI) yang memintanya.
“Ini merupakan langkah putus asa bagi Nissan. Sinergi antara kedua perusahaan tersebut akan sulit ditemukan karena keduanya punya pasar yang sama dengan produk yang juga serupa,” kata Ghosn kepada Bloomberg Television beberapa waktu lalu.
Krisis yang dialami Nissan saat ini jadi awal pemicu merger dengan Honda. Nissan juga sudah mengumumkan kondisinya saat ini dalam keadaan darurat.
Nissan juga akan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 9.000 karyawan. Selain itu juga bakal melakukan penundaan peluncuran produk baru serta mencari mitra keuangan untuk menstabilkan operasional.
Lebih lanjut, Ghosn juga mengatakan Honda terpaksa mempertimbangkan merger dengan Nissan karena didesak pemerintah Jepang lewat METI.
“Ketika saya tinggal di Jepang selama bertahun-tahun saya paham betapa berpengaruhnya METI,” kata Ghosn.
Ia juga menjelaskan tidak ada logika industri di dalamnya, karena selalu ada pilihan antara performa dan kontrol. Ketika Anda diminta untuk memilih, tanpa diragukan lagi METI akan ada dibalik itu semua.
“Mereka (METI) mendorong Honda untuk menerima merger Nissan dan Honda untuk menjaga keberlangsungan Nissan. Itu merupakan pilar dari industri otomotif di Jepang. METI pasti lebih memilih kontrol dibandingkan kinerja,” ungkapnya.
Selain itu, Ghosn juga mengungkapkan adanya potensi konflik internal besar yang muncul setelah Nissan dan Honda Merger. Khususnya dalam hal penguasaan teknologi.
“Honda punya kekuatan dalam rekayasa teknologi, begitu juga Nissan. Bila merger ini terjadi akan ada perdebatan terkait teknologi yang akan diadopsi nantinya,” tuntasnya.