Ilustrasi makan bersama keluarga di hari Lebaran atau Idul Fitri. Foto: Odua Images/Shutterstock

Kehadiran orang tua dalam setiap tumbuh kembang anak memiliki dampak positif. Terkhusus bagi ayah, si kecil akan banyak melihat ayahnya adalah sosok pemimpin dan pelindung keluarganya.

Namun, kenyataannya, tidak sedikit anak yang merasakan dampak ketiadaan ayah dalam kehidupannya, baik secara fisik maupun emosional. Tidak hadir pada aktivitas sederhana seperti makan bersama ternyata memiliki dampak yang merugikan, Moms.

Dampak negatif juga akan dirasakan anak ketika ia merasakan stres yang sedang dialami orang tuanya.

“Kami menemukan bahwa anak-anak dari orang tua yang mengungkapkan stres akibat pekerjaan pada anak-anak berusia dua tahun, maka anak akan memiliki kompetensi sosio-emosional yang lebih rendah di usia 4-5 tahun. Ini diukur dengan perilaku sosial positif yang lebih rendah, sedangkan perilaku sosial negatif jadi lebih tinggi,” ungkap mahasiswa doktoral dari University of Illinois, Sehyun Ju, dikutip dari Fatherly.

Dampak Ayah yang Jarang Makan Bersama Anaknya

Tim peneliti melakukan survei terhadap 1.400 keluarga dengan ayah dan ibu yang sama-sama mencari nafkah di Amerika Serikat. Pada penelitian ini, peneliti fokus memantau perkembangan anak sejak usia 9 bulan hingga usia TK. Termasuk melihat perkembangan pada waktu makan keluarga, serta ketidakpuasan orang tua terhadap pekerjaan dan kondisi keuangan mereka.

keluarga makan bersama Foto: shutterstock

Mereka menemukan bahwa ayah yang tidak puas dengan pekerjaan dan keuangannya, maka cenderung memilih tidak makan bersama keluarganya. Hal ini dapat menyebabkan anak punya kompetensi sosial-emosional yang lebih rendah, seperti kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi sosial, serta sulit mengatur diri sendiri.

“Bahkan, ketika ibu hadir saat waktu makan untuk mengimbangi ketidakhadiran ayah, maka perkembangan sosial-emosional anak akan tetap terdampak. Ini menunjukkan ayah mungkin memiliki pengaruh unik yang tidak dapat digantikan oleh ibu,” tutur penulis studi dan mahasiswa doktoral di universitas yang sama, Qiujie Gong.

Namun, ketika ibu mengalami stres di tempat kerja dan tidak hadir saat makan bersama anak, dampaknya mungkin tidaklah sama. Ini dikarenakan adanya stigma peran tradisional ibu sebagai tokoh utama dalam mengasuh, merawat, dan membesarkan anak.

“Ibu dianggap sebagai pengasuh utama, dan mereka diharapkan untuk hadir dan memberi makan anak-anak mereka apa pun yang terjadi,” tutur profesor bidang pengembangan manusia dan studi keluarga University of Illinois, Karen Kramer, Ph.D, dan salah satu penulis studi tersebut.

Namun, ketidakpuasan ibu pada pekerjaannya juga cenderung dialami karena anak-anak mereka punya keterampilan sosial dan emosional yang buruk.

Bukan tidak mungkin bagi ayah yang jarang makan bersama anak untuk mulai memperbaikinya sekarang. Meski ayah sibuk bekerja, bukan tidak mungkin tetap bisa memiliki rutinitas makan bersama yang konsisten, Moms.

Dan yang tidak kalah penting adalah menerapkan manajemen stres, sehingga orang tua tidak perlu membawa stres akibat pekerjaan ke rumah dan anak-anak mereka. Misalnya, yang bisa dilakukan adalah latihan pernapasan ataupun yoga. Banyak teknik penghilang stres yang terbukti efektif, dan membantu pekerjaan Anda lebih mudah dikelola.

Jika ada kesempatan untuk bisa pulang tepat waktu atau lebih cepat, maka bisa jadwalkan untuk makan malam bersama anak-anak. Namun, ketika pulang sampai rumah dan telah lewat jam makan si kecil, mintalah sang ayah untuk tetap beraktivitas bersama anak. Baik itu membacakan buku, menanyakan kabar dan kegiatan yang dilakukan di hari itu, atau sekadar bermain bersama sebelum tidur.

Bukan hanya ayah, tetapi kehadiran ibu juga sangat penting bagi anak-anak. Jadi, selalu sempatkan waktu untuk bersama si kecil ya, Moms!

By admin