Ilustrasi jantung. Foto: deepadesigns/Shutterstock

Atrial Fibrillation (AF) sering dijelaskan sebagai irama detak jantung yang tidak teratur, kini semakin banyak ditemukan pada pasien, Tidak hanya menyerang usia lanjut, penyakit jantung, termasuk AF, telah menjadi ancaman nyata bagi orang-orang di usia produktif.

Salah satu metode penanganan yang efektif untuk kondisi ini adalah teknik ablasi jantung.

Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FEHRA selaku dokter spesialis jantung di RS Siloam TB Simatupang, menjelaskan AF merupakan kondisi di mana terjadi gangguan pada irama jantung.

Kondisi ini dapat ditandai dengan cepatnya detak jantung yang melebihi batas normal atau irama detak jantung yang tidak teratur. Penyebab utamanya adalah adanya gangguan listrik di jantung, yang memicu detak jantung menjadi ireguler.

“Jika dilakukan rekam EKG, terlihat bahwa pada pasien AF, denyut nadinya menjadi tidak teratur, dan komponen gelombangnya terlihat kecil-kecil dan tidak jelas,” jelas Yoga.

“Akibat detak jantung yang tidak teratur ini, darah yang dipompa dari jantung menjadi tidak stabil, dan dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah. “Gumpalan darah yang terbentuk di jantung dapat memicu terjadinya stroke,” tambahnya.

Yoga juga menekankan AF bisa terjadi pada siapa saja, namun orang dengan riwayat hipertensi, obesitas, kebiasaan merokok, diabetes melitus, serta faktor genetik memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kondisi ini.

Pada awalnya, terapi untuk menangani AF dilakukan melalui pemberian obat-obatan. Namun, saat ini ablasi jantung dianggap sebagai metode yang paling efektif.

Ilustrasi jantung. Foto: Explode/Shutterstock

Ablasi adalah prosedur medis untuk mengatasi aritmia dengan menghancurkan jaringan jantung abnormal menggunakan energi panas atau dingin. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam jantung yang terhubung dengan mesin untuk memutus jalur konduksi yang menyebabkan aritmia.

“Ada dua metode ablasi, yaitu ablasi frekuensi radio yang menggunakan energi panas (Radio Frekuensi), dan cryoablation yang menggunakan suhu dingin untuk menghancurkan jaringan penyebab aritmia,” ujar Yoga.

Gejala AF bisa datang dan pergi, dari beberapa menit hingga beberapa jam, bahkan bisa berlangsung selama seminggu. Gejala-gejala ini juga bisa hilang sendiri, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menderita AF. Oleh karena itu, Yoga menyarankan agar skrining jantung dilakukan secara rutin untuk mengetahui apakah irama jantung normal atau tidak.

“Sangat penting untuk melakukan skrining dini dan juga ke rumah sakit jika sudah merasa detak jantung yang ireguler karena hanya dibutuhkan 24 jam AF dapat menjadi stroke,” jelas Yoga

Teknik ablasi telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang sangat baik, dengan 86% pasien yang menjalani ablasi tidak mengalami kekambuhan setelah satu tahun.

Melalui kesadaran akan pentingnya skrining dini dan penanganan yang tepat, diharapkan kasus AF dapat ditangani lebih awal sehingga komplikasi serius seperti stroke dapat dicegah. RS Siloam TB Simatupang terus mendukung inovasi dalam perawatan jantung, dengan menyediakan layanan medis yang berkualitas dan teknologi terdepan untuk masyarakat Indonesia.

By admin