Pemerintah berencana untuk melakukan hilirisasi terhadap komoditas kelapa. Himpunan Industri Pengelola Kelapa Indonesia (HIPKI) menyikapi dengan akan menambah kapasitas produktivitas pengolahan kelapa.
Ketua Harian HIPKI, Rudy Handiwidjaja, mengaku siap untuk menambah kapasitas produktivitas dari kelapa sekitar 20 sampai 30 persen. Ia juga bilang pihaknya siap untuk melakukan diversifikasi kelapa menjadi berbagai produk. Namun, Ia mensyaratkan kesiapan bahan baku untuk melakukan langkah tersebut.
“Apabila memang pemerintah benar melaksanakan realisasi, kita sudah siap untuk melakukan diversifikasi produk, ataupun juga perluasan-perluasan daripada peningkatan produktivitas, kapasitas-kapasitas pabrik, kita sudah siap untuk kita bisa tambahkan antara sampai 20 sampai dengan 30 persen,” katanya dalam Media Briefing Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2024-2025 di Komplek Megaria, Cikini, Jakarta Pusat pada Jumat (27/8).
Rudy menganggap ketersediaan bahan baku sebagai syarat utama untuk menambah produktivitas pengolahan kelapa. Maka dari itu pihaknya sangat berharap ada tata niaga yang melindungi industri untuk mendapatkan bahan baku.
“Industri ini sangat membutuhkan bahan baku, ketersediaan bahan baku. Jadi, mungkin dari pemerintah kami juga mengharapkan adanya bentuk tata niaga yang bisa melindungi industri untuk mendapatkan bahan baku,” lanjutnya.
Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Leonardo A.A Teguh Sambodo menambahkan, hal yang menjadi prioritas dalam lima tahun pertama hilirisasi kelapa.
“Nah sekarang produk mana yang diprioritaskan? Tentu yang untuk memprioritaskan produk, kami melihat sekarang utilisasi industri-nya saja masih 40-55 persen. Berarti kapasitas pabriknya ini belum full. Sehingga memang produk yang akan diprioritaskan adalah meningkatkan dulu dari produk yang sudah ada,” kata Leonardo.
Leonardo mengatakan, permintaan beberapa produk diversifikasi dari kelapa seperti Virgin Coconut Oil (VCO) sampai Nata de Coco cukup tinggi. Namun tingkat produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih kurang.
“Permintaan santan, permintaan minyak itu tinggi sekali. VCO tinggi, Nata de Coco tinggi, air kelapa saja merupakan permintaan pertumbuhannya yang paling tinggi,dan itu masih kurang, sehingga fokus yang di 5 tahun pertama ini adalah menguatkan dulu, meningkatkan utilisasi dari industri,” pungkasnya.
Menurut paparan Bappenas, 52,34 persen pemanfaatan kelapa masih dalam bentuk kopra untuk menjadi minyak kelapa. Padahal, terdapat berbagai potensi lain seperti sabut dan tempurung kelapa yang saat ini banyak terbuang atau belum dimanfaatkan. Potensi dari tempurung kelapa mencapai USD 373 juta dan potensi sabut kelapa mencapai USD 320 juta.