Empat hari setelah hanyut ke selokan saat main hujan, MR, balita di Wiyung, Surabaya, akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, pada hari Jumat (27/12) siang. Jenazah MR ditemukan di seputaran Kali Makmur dekat SMPN 34 Surabaya, atau sekitar 4 kilometer dari lokasi awal dia jatuh terperosok dan hanyut ke selokan.
Atas keinginan keluarga, jenazah balita laki-laki itu pun dimakamkan di kampung halamannya di Pasuruan. Namun yang memilukan, orang tua kandung MR tak dapat menghadiri pemakamannya karena tengah bekerja sebagai TKI di Malaysia.
“Jadi balita laki-laki ini adalah warga Pasuruan yang bapak atau ibunya bekerja sebagai tenaga kerja di Malaysia. Sehingga, dirawat oleh orang Surabaya dan ternyata ada musibah yang terjadi di tanggal 24 Desember lalu,” ungkap Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, saat menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga asuh MR di RSUD Dr Soetomo, Jumat (27/12) sore.
“Alhamdulilah (MR) sudah ditemukan dan setelahnya keluarga meminta dibawa ke Pasuruan untuk dimakamkan,” imbuh Eri.
Eri memastikan Pemkot Surabaya memfasilitasi pemulangan jenazah balita malang tersebut ke rumah duka yang berada di Pasuruan.
Ia menjelaskan, pihaknya menyediakan ambulans untuk korban hingga sampai ke Pasuruan. Sementara itu, untuk urusan administrasi dibantu oleh RSUD Dr Soetomo, serta pengawalan ke Pasuruan juga dibantu oleh Polrestabes Surabaya.
“Alhamdulilah kami dibantu Prof Cita dari RSUD Dr Soetomo untuk mempercepat proses administrasi. Pak Kapolrestabes juga menyediakan patwal untuk mempercepat jenazah bisa sampai ke Pasuruan dan dimakamkan oleh keluarga,” paparnya.
Atas kejadian tersebut, Eri mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada pihak keluarga.
“Semoga orang tua yang ditinggalkan diberikan ketabahan, kekuatan, karena bagaimanapun ini musibah tak terlepas dari takdir yang sudah ditentukan oleh Gusti Allah SWT. Orang tua (kandung) balita sudah diberitahu oleh pamannya, tetapi tidak bisa datang ke Surabaya karena masih ada di Malaysia dan InsyaAllah sudah mengikhlaskan putranya yang mengalami musibah ini,” ungkapnya.
Ia berharap, kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh orang tua yang ada di Kota Surabaya. Pasalnya, anak-anak terutama berusia balita masih membutuhkan pengawasan orang tua karena belum mengetahui bahaya yang mengintainya.
Eri meminta para orang tua lebih waspada dan menjaga anak-anaknya ketika beraktivitas, terlebih saat ini Kota Surabaya sedang menghadapi cuaca ekstrem.
“Saya mohon kepada orang tua untuk selalu memantau putra putrinya ketika mau pulang sekolah, terutama pada waktu musim hujan begini. Orang tua atau orang tua asuh bisa menjaga si kecil, karena mereka tidak mengetahui bahaya apa yang bisa mengintai,” pesannya.