Subsidi LPG 3 Kg Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Sejak awal tahun 2024, pemerintah sudah mewanti-wanti lonjakan realisasi subsidi dan kompensasi energi. Segala manuver penyaluran subsidi energi tepat sasaran belum kunjung diketok, ditambah lagi tren lifting minyak dan gas bumi (migas) yang lesu di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sudah memprediksi subsidi energi jebol dari pagu yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024. Penyebabnya harga minyak dunia, lifting migas merosot, hingga anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Subsidi energi dalam hal ini diperkirakan akan mengalami kenaikan dengan beberapa parameter perubahan yaitu harga minyak, maupun dari sisi lifting, dan nilai tukar,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (8/7).

Kondisi ini, kata Menkeu, semakin berat sebab pemerintah terus menahan untuk tidak menaikkan harga BBM subsidi dan listrik demi menjaga daya beli masyarakat. Alhasil, APBN harus menanggung selisih harga ke PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) melalui subsidi dan kompensasi.

Pada tahun ini, pemerintah menetapkan target subsidi energi dalam APBN 2024 sebesar Rp 186,9 triliun, dengan rincian Rp 113,3 triliun subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG), serta Rp 73,6 triliun untuk subsidi listrik.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers APBN KiTa di Jakarta, Rabu (11/12/2024). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO

Sementara itu, Kemenkeu mencatat realisasi penyaluran subsidi dan kompensasi energi hingga November 2024 mencapai Rp 333,6 triliun, terdiri dari subsidi energi sebesar Rp 157,2 triliun dan kompensasi energi Rp 176,4 triliun.

Secara rinci, realisasi penyaluran subsidi dan kompensasi untuk BBM mencapai 15.105,6 ribu kiloliter (KL) atau naik 1,1 persen secara tahunan, LPG 3 kg sebesar 6,727 juta kg atau naik 1,9 persen, dan listrik subsidi kepada 39,7 juta pelanggan atau naik 4,4 persen.

Belum Kunjung Tepat Sasaran

Kekhawatiran lonjakan subsidi dan kompensasi energi juga dikeluhkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Dia mengungkapkan prognosa atau perkiraan realisasi subsidi dan kompensasi energi hingga akhir 2024 bisa mencapai Rp 407 triliun.

Bahlil menjelaskan, prognosa tersebut berdasarkan realisasi subsidi dan kompensasi energi pada kuartal II 2024. Dia mengakui, anggaran negara yang digelontorkan untuk energi ini sangat besar.

“Jadi (prognosa subsidi dan kompensasi energi) di APBN 2024 kita Rp 407 triliun,” ungkapnya saat Rapat Kerja Komisi XII DPR, Rabu (13/11).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Dia merinci subsidi dan kompensasi untuk listrik bisa menembus Rp 181,63 triliun. Kemudian, subsidi LPG 3 kg diprediksi mencapai Rp 87 triliun, dan subsidi BBM termasuk minyak tanah diprediksi mencapai Rp 138,5 triliun hingga akhir tahun 2024.

Bahlil juga sempat membeberkan ada potensi uang negara Rp 100 triliun untuk subsidi BBM, listrik, dan LPG tersalurkan tidak tepat sasaran. Angka itu merupakan 20 hingga 30 persen dari total jatah anggaran subsidi BBM, LPG, dan listrik.

“Tapi jujur saya katakan ya kurang lebih sekitar 20 sampai 30 persen subsidi BBM dan listrik itu berpotensi tidak tepat sasaran. Dan itu gede, angkanya itu kurang lebih Rp 100 triliun,” kata Bahlil dalam konferensi pers usai rapat koordinasi di Jakarta Selatan, Minggu (3/11).

Polemik Subsidi Energi Campur BLT

Untuk mengatasi penyaluran yang tidak tepat sasaran, pemerintah mencetuskan ide mengubah skema penyaluran BBM subsidi menjadi campuran antara subsidi barang khusus penerima yang berhak, dan sisanya dialihkan kepada Bantuan Langsung Tunai (

By admin