kumparanMOM Playdate Juni Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Psikolog Klinis Anak dan Keluarga Irma Gustiana menyebut, penting bagi orang tua untuk selalu memberikan kenangan-kenangan positif untuk anak. Sebab otak manusia umumnya hanya menampung 20 persen ingatan positif atau kenangan baik, sedangkan sisanya adalah ingatan negatif atau kenangan buruk.

“Otak manusia itu 80 persen lebih bisa mengingat kenangan buruk dibanding kenangan menyenangkan, dan memori indah itu pendek-pendek,” ujar Ayank, sapaan akrab Irma Gustiana, dalam sesi talkshow kumparanMOM Playdate Juni di The Park Pejaten, Sabtu (29/6). Talkshow kali ini berjudul Cara Bangun Core Memory Anak untuk Dampak Positif di Masa Depan.

Oleh karena itu, kata Ayank, kenangan-kenangan menyenangkan orang tua bersama anak perlu diulang-ulang. Sehingga meski ingatan terkait hal menyenangkan hanya 20 persen, anak tidak lupa, dan menjadi core memory positif bagi anak.

Beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan sering memeluk anak dan meminta maaf jika melakukan kesalahan. Namun Ayank menegaskan, orang tua harus serius dalam meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahan serupa.

Sebab jika hari ini melakukan kesalahan, lalu meminta maaf pada anak, tapi besok diulangi lagi dan terjadi pola yang sama berulang-ulang, anak justru akan mengingatnya sebagai sesuatu yang buruk.

Perbedaan Core Memory dan Ingatan Biasa

kumparanMOM Playdate Juni Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Ayank menjelaskan, sebetulnya dalam dunia psikologi tidak ada istilah core memory. Tapi core memory bisa dikaitkan dengan ingatan kuat yang punya dampak emosional, baik dampak positif maupun negatif.

“Tidak selalu ingatan positif, core memory juga bisa berhubungan dengan ingatan negatif, biasanya pengalaman traumatis,” kata psikolog yang juga CEO Ruang Tumbuh ini.

Pengalaman traumatis tersebut mengakibatkan luka batin dan bisa mempengaruhi kepribadian dan keyakinan anak. Tapi, Ayank menegaskan, ingatan buruk tidak selalu menimbulkan trauma. Ingatan buruk bisa berlalu begitu saja jika tidak ‘menyentuh’ emosi anak.

Jadi, perbedaan antara core memory dan ingatan biasa, lebih pada kekuatan emosional yang dirasakan. Ibu 2 anak ini mencontohkan, misalnya sekolah. Setiap hari anak berangkat ke sekolah untuk belajar. Kebiasaan ini akan menjadi ingatan biasa.

“Tapi ketika misalnya guru matematika mengajar dengan marah-marah, membentak-bentak, maka dia punya core memory bahwa matematika tidak menyenangkan,” ujarnya.

Contoh lainnya, misalnya mengajak anak liburan. Hal ini akan jadi ingatan biasa bagi anak karena tidak terlalu istimewa. Bisa menjadi istimewa jika, misalnya anak diberi hadiah tertentu yang membuatnya bahagia, atau merasakan pengalaman liburan yang berbeda dari biasanya.

“Jadi, setiap momen sangat bisa jadi core memory kalau ada unsur yang kuat yang dia rasakan,” tutup Ayank.

By admin