Memahami body language bisa jadi modal awal kamu bisa mendeteksi seseorang merupakan manipulator atau bukan. Tentu ini bisa jadi keuntungan tersendiri buat kamu dalam memilih teman, pasangan atau orang kepercayaan hingga bersikap dan menghadapi mereka.
Para ahli melakukan lima studi psikologi berbeda dengan melibatkan 608 responden. Dalam studi pertama mereka diminta mengisi survei kepribadian dan mengirim empat foto pose alami mereka dalam beberapa sudut pengambilan gambar (depan belakang, kiri kanan).
Foto-foto tersebut kemudian dianalisis melalui alat machine learning yang disebut OpenPOSE. Alat ini mengidentifikasi titik-titik tubuh utama seperti penempatan atau sudut leher, garis mata, bahu, tulang belakang, dan pinggul. Deteksi dilakukan untuk memberikan angka yang dapat diukur pada postur mereka.
Dari studi itu, mereka menemukan ada hubungan yang konsisten antara orang-orang yang suka berdiri tegak dengan pose terbuka terhadap ciri-ciri anti sosial dan manipulatif.
“Kami terkejut bahwa ciri-ciri anti sosial paling konsisten dikaitkan dengan postur tubuh ketimbang depresi dan emosi negatif,” kata penulis studi, dilansir Daily Mail.
Studi kedua memeriksa ulang hubungan yang ditemukan, sementara studi ketiga meminta 104 partisipan untuk mengambil pose dominan dan tunduk secara sengaja, berdasarkan interpretasi subjektif mereka sendiri, untuk memeriksa ulang lebih jauh.
Pada titik ini, tim menemukan bahwa peserta yang secara alami mengadopsi ‘pose kekuatan’ mendapat skor lebih tinggi dalam memiliki orientasi ‘dominasi sosial’.
Subjek tes ini juga mendapat skor lebih tinggi untuk psikopati genetik ‘primer’ atau lebih mungkin, sementara juga mendapat skor lebih rendah pada empati dan pengendalian amarah. Power pose atau pose kekuatan di sini, artinya sikap tubuh yang menggambarkan gestur dominan dan percaya diri penuh.
“Kami mempelajari orang dewasa muda, yang sebagian besar adalah mahasiswa dan sebagian besar dari mereka mengidentifikasi diri sebagai perempuan.”
Studi keempat tim tersebut menambahkan elemen fisiologis dan neurologis. Mereka merekam aktivitas otot yang berkaitan dengan dua otot leher utama pada 129 subjek.
Perangkat elektromiografi permukaan (EMG) digunakan untuk melacak satu otot yang digunakan dalam gerakan kepala dan leher, sternokleidomastoid, dan otot lain yang membantu menstabilkan bahu dan leher, trapezius atas.
Tim McGill menemukan bahwa konektor kepala dan leher, sternokleidomastoid, memainkan peran yang jauh lebih kuat dalam apa yang umumnya dianggap sebagai postur ‘dominan’.
Studi kelima dan terakhir mereka, yang diterbitkan bersama studi lainnya di Journal of Personality and Social Psychology pada bulan November lalu, berupaya mencari hubungan antara postur tubuh dan sifat-sifat terkait lainnya, yakni Machiavellianisme atau manipulatif, narsisme, dan agresi.
Kelompok responden dengan postur yang cenderung lebih tegak cocok dengan kategori peserta yang memiliki keinginan lebih besar untuk berkuasa dan keinginan untuk melakukan strategi manipulatif atau agresif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Psikolog Universitas Massachusetts Amherst, Dr Susan Krauss Whitbourne, telah meninjau studi McGill, beranggapan bahwa ada baiknya kamu perlu berhati-hati jika hendak berinteraksi dengan orang seperti ini.
Dari pengamatan awal ini, dan observasi lanjutan seperti memahami gaya bicara dikombinasikan dengan gestur lain, bisa jadi ia merupakan tipe orang yang cenderung manipulatif.