Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas bersyukur puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) berjalan dengan lancar. Menag menyebut hal tersebut karena kerja keras dari semua pihak.
“Alhamdulillah puncak haji berjalan dengan lancar mulai prosesi di Arafah, Muzdalifah dan Mina semua berjalan baik dan lancar,” kata Menag saat berkunjung ke Kantor Urusan Haji Madinah, Jumat (21/6).
“Kerja keras semua, teman-teman, baik itu di PHU, teman-teman petugas, juga kerja sama yang baik dengan pemerintah kerajaan Saudi Arabia,” imbuhnya.
Meski, kata Menag, ada sejumlah catatan-catatan yang menjadi perhatian dan evaluasi agar pelayanan haji ke depan bisa lebih baik lagi.
“Jika kemudian ditemukan satu dua kekurangan ya saya kira tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Tapi itu bukan pembenaran bahwa kita kemudian berhenti untuk melakukan perbaikan,” katanya.
Menag memastikan catatan-catatan haji tahun ini akan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan haji tahun selanjutnya.
“Beberapa kekurangan yang kita temukan insyaallah ke depan akan kita perbaiki agar layanan jemaah ini semakin tahun makin baik,” ucapnya.
Smart Card hingga Murur
Menag menyebut ada dua hal yang membuat pelayanan haji tahun ini berjalan lancar, yakni smart card atau kartu Nusuk dan skema murur. Dua hal ini bisa mengurangi kepadatan saat puncak haji.
“Banyak hal baru di penyelenggaraan haji tahun ini. Pertama soal nusuk card atau smart card itu, di mana pemerintah kerajaan Saudi Arabia bisa dengan mudah mendeteksi mana jemaah haji legal dan ilegal,” jelasnya.
Smart card Nusuk atau kartu pintar yang dibagikan kepada setiap jemaah haji merupakan kunci untuk masuk ke Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) saat puncak haji.
Smart Card menjadi salah satu terobosan otoritas Arab Saudi pada penyelenggaraan haji 2024. Program ini mendapat perhatian secara khusus dari Kementerian Haji, Kementerian Dalam Negeri, dan pihak Keamanan Umum Arab Saudi.
Jemaah yang tidak memiliki smart card, dilarang masuk ke Armuzna, apa pun kedudukannya. Pemerintah Saudi menempatkan para petugas untuk memeriksa secara berkala demi memastikan seluruh jemaah di Armuzna memiliki smart card. Pemerintah Arab Saudi menyiapkan sanksi berat bagi para pihak yang melanggar.
“Ini juga berefek kepada rombongan jemaah haji Indonesia karena sebelumnya ketika masih leluasa gitu ya, jemaah haji yang menggunakan visa non-haji, itu bisa masuk di Arafah, di Mina, dan Muzdalifah. Kerumunan itu menjadi semakin besar gitu, sehingga space-spacenya juga terbatas,” katanya.
Maka dengan adanya penerapan smart card ini kepadatan tidak separah tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini karena ada pembatasan melalui Nusu Card itu, ya Alhamdulillah meskipun ada kepadatan-kepadatan di beberapa titik tertentu, tidak semasif tahun lalu,” katanya.
Selanjutnya soal Murur di Muzdalifah, skema hanya melintas dan tidak mabit di Muzdalifah untuk jemaah lansia dan disabilitas ini efektif mengurangi kepadatan dan mengantisipasi kesehatan jemaah risiko tinggi.
“Apalagi di Muzdalifah misalnya kita juga sudah lakukan inovasi yang kemudian kita sebut sebagai game changer dari semua puncak haji yang pemerintah layankan kepada jemaah ini adalah skema murur di Muzdalifah,” ucap Menag.
Skema murur adalah mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Skema murur menjadi ijtihad dan ikhtiar bersama dalam menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia di tengah keterbatasan area di Muzdalifah.